Amazing! Museum Ini Koleksi Tinja Hewan Purba, Jadi Pusat Studi

Amazing! Museum Ini Koleksi Tinja Hewan Purba, Jadi Pusat Studi

Smallest Font
Largest Font

Empatmata.com -- Museum Ini Koleksi Tinja Hewan Purba, Jadi Pusat Studi penilitian para ilmuwan dari seluruh dunia. Ini kisahnya. 

Salah satu cara untuk mengetahui bagaimana Tyrannosaurus rex atau T-Rex mencerna makanan adalah dengan melihat tinja yang mereka hasilkan.

Fragmen tulang dalam sepotong fosil kotoran di sebuah museum baru di Arizona utara bernama Poozeum, adalah salah satu bukti kecil yang mengindikasikan bahwa T. rex bukanlah pengunyah, tapi lebih suka menelan potongan utuh mangsanya.

Sampel tinja tersebut adalah satu dari lebih dari 7.000 sampel yang dipamerkan di museum yang dibuka pada bulan Mei di Williams, Arizona.

Poozeum, Museum Tinja Hewan Purba

Papan nama Poozeum menampilkan karakter kartun T. rex berwarna hijau terang yang sedang duduk di toilet untuk menarik perhatian.

Di dalam, etalase yang dipenuhi dengan koprolit yakni fosil kotoran hewan yang hidup jutaan tahun yang lalu, berderet di dinding. Mulai dari kotoran rayap yang sangat kecil hingga spesimen besar seberat 20 pon (9 kilogram).

Presiden dan kurator Poozeum, George Frandsen, membeli potongan fosil kotoran pertamanya dari sebuah toko di Moab, Utah, saat ia berusia 18 tahun, katanya.

Dia sudah menyukai dinosaurus dan fosil, tetapi belum pernah mendengar tentang fosil kotoran. Dari sana, ketertarikannya tumbuh.

"Itu lucu. Itu menjijikkan. Tapi saya belajar dengan cepat bahwa hal itu bisa memberi tahu kita banyak hal tentang masa lalu prasejarah kita dan betapa pentingnya hal itu bagi catatan fosil,” kata dia, seperti diberitakan wtop.com.

Mengidentifikasi Koprolit

Meski tidak terlalu umum, koprolit dapat membentuk sebagian besar fosil yang ditemukan di beberapa situs.

Orang-orang telah belajar lebih banyak tentang koprolit selama beberapa dekade terakhir. Hal ini seperti kata Anthony Fiorillo, direktur eksekutif Museum Sejarah dan Ilmu Pengetahuan Alam New Mexico.

Anthony menjelaskan, sulit untuk mengidentifikasinya dan dalam beberapa kasus spesimen yang tampak seperti koprolit.

"Ada sejumlah proses sedimentasi yang dapat menghasilkan ekstrusi lumpur lunak ke lapisan yang berbeda," katanya.

"Jadi pikirkan tentang pasta gigi anda, misalnya. Ketika anda memencetnya, mungkin ada beberapa lurik pada pasta gigi itu,” lanjutnya tentang cara mengidentifikasi koprolit yang benar.

Lokasi, bentuk, ukuran dan bahan lain seperti tulang atau tanaman dapat menentukan apakah sesuatu itu koprolit, tapi belum tentu makhluk apa yang mengendapkannya.

"Saya pikir sebagian besar dari kita akan berkata, mari kita hentikan itu dan senang jika kita bisa menentukan karnivora, herbivora, dan kemudian melihat kemungkinan siklus makanan di dalam masing-masing kelompok besar itu," kata Fiorillo, ahli paleontologi yang terlatih dan penulis buku-buku tentang dinosaurus.

Pecahkan Rekor Dunia

Salah satu yang menjadi sorotan dari koleksi Poozeum adalah spesimen yang memegang Rekor Dunia Guinness sebagai koprolit terbesar yang ditinggalkan oleh hewan karnivora.

Dengan panjang lebih dari 2 kaki (61 cm) dan lebar lebih dari 6 inci (15 cm), Frandsen mengatakan bahwa spesimen ini diyakini berasal dari T. rex, mengingat lokasi penemuannya di sebuah peternakan pribadi di South Dakota pada tahun 2019.

Frandsen juga memegang rekor untuk koleksi koprolit bersertifikat terbesar yaitu 1.277 buah, yang diperoleh pada tahun 2015 saat diverifikasi di Museum Florida Selatan di Bradenton, Florida.

Koleksinya sekarang mencapai sekitar 8.000 spesimen. Dia tidak memiliki ruang untuk memajang semuanya di museum di Williams dan menampilkan beberapa di antaranya secara online.

Tidak perlu khawatir dengan bau atau kuman. Tinja tersebut menguap jutaan tahun yang lalu. Sekarang, tinja sudah tertutup sedimen dan digantikan oleh mineral, sehingga menjadi sekeras batu.

Harapan untuk Poozeum

Fiorillo mengatakan bahwa ia berharap fosil-fosil yang langka dan dapat menambah pemahaman tentang dunia prasejarah.

Selain itu, ia juga berharap museum seperti Poozeum dapat ditemukan di ruang publik sehingga para peneliti dapat menggunakannya untuk membuat hipotesis tentang kehidupan di masa lampau.

“Jika seorang anak pulang ke rumah dengan membawa inspirasi setelah menemukan fosil atau melihat fosil yang dipajang di museum, maka itu luar biasa,” kata Fiorillo.

Editors Team

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow