6 Kesalahan Saat Bertengkar dengan Pasangan yang Bikin Hubungan Makin Runyam
Empatmata.com - Pertengkaran dalam hubungan adalah hal biasa. Hidup bersama dalam jangka waktu yang lama akan membuat kita mengetahui jelek baiknya pasangan.
Namun, ketika bertengkar, apakah anda akan membiarkan berlarut-larut yang berujung pada berakhirnya hubungan? tentu tidak bukan?
Karena itu, jangan pernah lakukan 6 kesalahan ini ketika bertengkar dengan pasangan, seperti dilansir laman CNBC.
Berfokus pada keluhan, bukan solusi
Pertengkaran tidak akan terjadi kecuali jika anda memiliki keluhan. Namun, untuk membuat kemajuan, sebaiknya ungkapkan keluhan anda, jelaskan apa yang anda rasakan, lalu lanjutkan dengan cepat ke solusi.
Hal ini seperti dikatakan Judy Ho, Ph.D., seorang ahli saraf bersertifikat tiga papan, profesor psikologi di Pepperdine University, dan salah satu pembawa acara TV “The Doctors.”
“Setelah Anda berada dalam fase pemecahan masalah, lakukan pendekatan kolaboratif. Luangkan waktu untuk bertukar pikiran tentang cara-cara untuk memecahkan masalah dan jangan menghakimi ide satu sama lain,” katanya.
“Kemudian, pilihlah satu yang terdengar seperti kompromi yang baik untuk Anda berdua dan berkomitmen untuk mencobanya,” lanjutnya.
Menggunakan istilah hiperbolis seperti “selalu” dan “tidak pernah”
Pernyataan seperti “Kamu selalu melakukan ini!” atau “Kamu tidak pernah melakukan itu!” tidak hanya dramatis, tetapi juga tidak benar.
Hal ini juga membuat orang lain bersikap defensif, dan alih-alih mendengarkan apa yang anda katakan. Mereka akan fokus untuk memberikan contoh-contoh yang meniadakan pernyataan anda yang salah.
Sebagai gantinya, Ho menjelaskan, gunakan kata-kata yang moderat seperti kadang-kadang dan sering.
Ini akan memberikan ruang untuk diskusi yang jujur. Hal ini juga terasa seperti tidak terlalu menyerang secara pribadi dan habis-habisan pada seluruh karakter orang lain.
Menggunakan pernyataan “kamu” dan bukan “saya”
Membuat pernyataan “kamu” juga membuat orang lain bersikap defensif. Misalnya, dengan mengatakan, “Kamu yang merusak...” atau “Kamu yang membuat saya...”
Mark Mayfield, Ph.D., seorang konselor profesional berlisensi, menjelaskan bahwa pernyataan-pernyataan yang menyalahkan ini seringkali memicu emosi orang lain.
Sebagai gantinya, gunakan pernyataan “saya”, seperti, “Saya merasa frustrasi ketika...” atau “Saya perlu...”
“Pernyataan-pernyataan ini memungkinkan Anda untuk mengekspresikan perasaan Anda dalam situasi tersebut, tidak menyalahkan orang lain, dan menempatkan fokus pada Anda,” katanya.
Selain itu, orang lain tidak dapat meniadakan pernyataan perasaan, dan mereka juga akan lebih mudah berempati kepada anda jika mereka tahu apa yang anda rasakan.
Menunggu untuk berbicara alih-alih mendengarkan secara aktif
Sudah menjadi sifat alamiah kita untuk ingin merespons dan membela diri, dan reaksi ini semakin meningkat ketika bertengkar.
“Yang sering terjadi adalah kita begitu terpancing emosi dalam sebuah pertengkaran, kita terpaku pada satu kata atau frasa dan mulai mengembangkan pembelaan kita tanpa mendengarkan keseluruhan dari apa yang dikatakan orang lain,” kata Mayfield.
“Kita kemudian menanggapi sebagian dari apa yang dikatakan dan melewatkan sebagian besar isinya. Hal ini hanya akan memperpanjang dan memperuncing pertengkaran,” lanjutnya.
Ini adalah keterampilan yang dapat dipelajari. Fokuslah pada nada bicara mereka, bahasa tubuh mereka, perasaan mereka, dan poin-poin penting yang mereka sampaikan.
Ulangi poin-poin tersebut untuk menegaskan kembali bahwa anda mendengarkan. Setelah selesai, ungkapkan pendapat dan carilah solusinya.
Mengambil napas pendek
“Mengambil napas pendek akan mengaktifkan sistem fight, flight, atau freeze dalam tubuh Anda, yang mengaktifkan sistem saraf simpatik dan mempersiapkan Anda untuk melawan atau melarikan diri, alih-alih berpikir secara rasional,” kata Mayfield.
Karena itu, kata Mayfield lagi, tarik nafas dalam-dalam. ini akan mengembalikan aliran darah dari sistem saraf simpatik dan menempatkannya kembali ke otak anda.
Dengan begitu, memungkinkan anda untuk berpikir lebih jernih dan terlibat dalam perselisihan dengan kepala dingin.
Selain itu, menarik napas dalam-dalam dan terarah akan membantu anda merasa membumi dan menenangkan diri.
Berjalan pergi begitu saja
Mengambil waktu untuk menenangkan diri adalah hal yang ideal. Namun, tetap penting untuk mengakhiri dengan catatan positif, bukannya langsung pergi begitu saja.
“Akhiri argumen dengan sesuatu yang membesarkan hati yang mengakui sesuatu yang baik yang telah dilakukan orang tersebut dalam prosesnya. Misalnya, 'Saya menghargai Anda mendengarkan kekhawatiran saya hari ini,' atau 'Saya bersyukur kita memiliki jalur komunikasi yang terbuka sehingga saya bisa mengungkapkan perasaan saya dengan jujur,'” kata Ho.
Kadang-kadang menutupnya dengan pelukan atau jabat tangan juga sudah cukup. Apapun pendekatannya, orang lain akan menghargai bahwa anda telah berusaha untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan menghormati hubungan.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow