Hubungan Motivasi dengan Kebahagiaan di Tempat Kerja, Haruskah Berdampingan?
Empatmata.com- Kita sudah tahu perilaku seperti apa yang dapat menurunkan motivasi orang di tempat kerja. Namun, apa yang memotivasi para pekerja?
Tentu saja, setiap orang didorong oleh impian dan ambisi mereka sendiri.
Namun dengan melihat lebih dekat pada hubungan yang kompleks antara kebahagiaan dan motivasi dapat memberikan kita petunjuk tentang apa yang mendorong orang untuk melakukan pekerjaan terbaik mereka.
Di sini, kita akan menyelami hubungan motivasi dan kebahagiaan di tempat kerja dan apa efeknya bagi setiap pekerja, dilansir tulisan dari laman Sandglaz.
Apakah Orang yang Bahagia Lebih Produktif?
Saat ini sudah cukup banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang yang bahagia lebih produktif.
Faktanya, sebuah studi Gallup-Healthways memperkirakan bahwa ketidakbahagiaan di kalangan karyawan di Amerika Serikat menyebabkan kerugian sebesar $300 miliar per tahun dalam bentuk hilangnya produktivitas.
Serangkaian penelitian yang dilakukan oleh Andrew J. Oswald dan timnya juga memberikan bukti bahwa kebahagiaan berdampak positif terhadap produktivitas.
Dalam sebuah eksperimen, tingkat kebahagiaan para subjek meningkat dengan diperlihatkan sebuah klip komedi. Subjek yang menonton klip komedi menunjukkan produktivitas 12% lebih besar daripada mereka yang menonton 'klip plasebo'.
Studi kedua oleh kelompok ilmuwan yang sama melihat guncangan ketidakbahagiaan yang besar dalam kehidupan nyata seperti kehilangan dan penyakit keluarga dan bagaimana hal tersebut berdampak pada produktivitas.
Dalam penelitian ini, sekelompok subjek secara acak diberi kuesioner tentang tingkat kebahagiaan mereka dan kemungkinan peristiwa kehidupan yang negatif.
Kemudian mereka melakukan tugas yang sama dengan subjek pada percobaan sebelumnya. Ternyata, mengalami kejadian hidup yang buruk dalam dua tahun sebelumnya menurunkan kinerja seseorang sekitar 10%.
Jadi, kebahagiaan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 12%, sementara ketidakbahagiaan dapat menurunkan produktivitas sebesar 10%.
Pengaruh Otonomi Terhadap Kesejahteraan dan Motivasi
Salah satu alasan yang mungkin menjelaskan mengapa orang yang bahagia lebih produktif adalah karena mereka mengenali perubahan tingkat energi mereka tidak hanya sebagai fungsi dari kondisi fisik (sakit, kelelahan, dll.), tetapi juga sebagai fungsi dari faktor psikologis.
Sederhananya, orang merasa bahagia ketika mereka secara subyektif meyakini bahwa mereka bahagia.
Ilmuwan Richard M. Ryan dari University of Rochester dan Christina Frederick dari University of Southern Utah telah meneliti secara ekstensif konsep vitalitas subjektif sebagai cerminan kesejahteraan.
Ryan dan Frederick berpendapat bahwa vitalitas subjektif meningkat ketika kebutuhan psikologis dasar untuk otonomi, kompetensi, dan keterkaitan terpenuhi.
Mereka secara khusus menekankan peran otonomi pada tingkat energi - ketika perilaku berasal dari diri sendiri, bukan karena diminta untuk berpikir atau berperilaku dengan cara tertentu oleh orang lain.
Meskipun perilaku otonom dapat mempertahankan atau meningkatkan tingkat energi, perilaku yang terkontrol terasa seperti menguras energi pribadi.
Dalam sebuah penelitian, Ryan dan Frederick menemukan bahwa ketika sampel dari klinik nyeri dan klinik penurunan berat badan melaporkan alasan yang lebih terkendali untuk menjalani perawatan, mereka menunjukkan vitalitas yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang memiliki alasan otonom untuk berpartisipasi.
Hal ini menunjukkan bahwa motivasi intrinsik meningkatkan tingkat vitalitas subjektif, atau tingkat energi yang kita rasakan.
Dengan demikian, otonomi dapat menumbuhkan perasaan berenergi dan sejahtera. Jadi, jika Anda menginginkan tingkat energi yang lebih tinggi dari anggota tim Anda, pastikan untuk memberi mereka otonomi atas tugas mereka sendiri.
Bagaimana Emosi Positif Memengaruhi Tempat Kerja
Kebahagiaan dan interaksi positif dapat berdampak besar pada produktivitas harian di kantor. Hal ini memengaruhi aspek-aspek di tempat kerja yang berkontribusi pada kepuasan secara keseluruhan, dan pada gilirannya akan berkontribusi pada motivasi dan usaha anggota tim.
Sebuah studi dari Haas School of Business di UC Berkeley menunjukkan bahwa mengekspresikan emosi positif di tempat kerja memancar ke dalam tiga area yang berbeda.
Pertama, ada efek positif pada anggota tim yang bahagia, terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Hal ini terwujud dalam ketekunan dalam mengerjakan tugas dan peningkatan fungsi kognitif.
Ada juga efek positif pada tanggapan orang lain terhadap anggota tim tersebut.
Ketika seorang anggota tim merasakan dan mengekspresikan emosi positif, anggota tim yang lain cenderung merespons dengan baik terhadap upaya anggota tim tersebut untuk mempengaruhi sosial. Mereka juga lebih cenderung menggeneralisasi sifat-sifat yang diinginkan dari orang tersebut.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow